UNTUK SEBUAH NAMA

Dalam kesendirian - dan keheningan ..
  duduk dan termenung, menerawang sebuah masa
Ketika itu penuh tawa dan canda,
dan jantung berdegup keras sekali.
Begitu kerasnya, sehingga mataku mulai sembab ...
Apalah jadinya, 
masa itu berlalu cepat sekali
dalam sebuah kenangan indah ..
menerawang jauh kesana ...
kupanggil nama itu .............. manis sekali
dalam hati,
tak terasa .. aku begitu rindu

Dalam keheningan ..... kusenandungkan nama itu
hanya bisa sebatas itu
karena jarak terlalu jauh
akhirnya,
harus kuikhlaskan, entah sampai kapan
kujalani apa yang ada sekarang

Dengan penuh keikhlasan, 
... walaupun tanpa getaran hati ....
Dengan keikhlasan, kujalani semua

Menunggu, andai saja harapan itu ada
Untuk sebuah nama ....
bersemilah selalu ...


 

MATAHARIKU

Yang kutahu, mentari itu terbit di ufuk Timur
Yang kutahu, mentari itu hangat menyinari bumi
Yang kutahu, mentari itu indah
Yang kutahu, mentari itu ramah menyapa bumi
Yang kutahu, ada banyak keunikannya

Meskipun mentari tenggelam di ufuk Barat
Tetap saja akan hadir keindahan di wajah bulan
dan ,
yang kutahu, mentari itu akan terbit kembali

Mentari akan selalu muncul kembali
Mentari adalah matahariku
Yang selalu memberi kehangatan
Apapun wujudnya, mentari selalu bersinar
dia selalu membuat bayangan diriku
setelah aku berdiri diantara bayang sang mentari

Ijinkan aku menggapaimu
Jika saja itu mungkin ..
Hangatnya itu yang kurindukan,
walaupun membakar kulit sekalipun ...
ada awan yang melindungi

Ijinkan aku untuk menghampiri
Matahariku ....
sampai kapanpun, Bersinarlah ....!!!


  

MENGHARAP BELAS KASIHMU

Ketika dihadapanku terbentang
padang gurun yang sangat luas
dan aku berlari diantara debu
terseret lautan pasir
tak ada air setetespun
panas, dan kulit mengering
kuhemat  tenaga seminimal mungkin
menjeritpun tak ada gunanya

Hanya menunggu waktu
barangkali  ...

dan aku berdiri tegak
menengadah ke atas
seraya berbisik :
               Mana Belas kasihMu
               Mana Belas kasihMu
               Mana Belas KasihMu

kumohon    !!!
                    Mana Belas KasihMu
                    Mana Belas KasihMu
                    Mana Belas KasihMu

kembali terduduk ...
belum cukupkah kujaga kesetiaanku ini
dan aku harus membayar mahal 

Ya Abba, Ya Rabbi, Eloi Eloi
Mana Belas KasihMu


  

KETIKA AKU KEHILANGAN DIRIKU

Terpendam seribu rasa
dalam atma yang mendalam
ada luka yang terbuka
begitu lebar hingga menyesakkan
Raga ini .....
seperti tak bernyawa
darah yang mengalir terasa lambat
namun jantung berdegup begitu kencang

Kucoba menerawang dalam nadiku
Adakah asa ini masih hidup
bernyanyi memainkan melodi-melodi Sebastian Bach

Kucoba untuk terus menelusuri
apakah ada yang salah dalam diriku
masihkah aku mampu memainkan ode ode piramus dan tisbi

ah ... ternyata asaku salah
sampai disini keabadian itu berhenti
aku kehilangan jati diriku
Diriku bukan lagi aku
aku tak pernah ada dalam lamunan dan khayalan
kulum senyumpun tak merona lagi
karena kelelahan itu datang
- lelah ....
karena aku,
bukanlah diriku lagi