MENGHARAP BELAS KASIHMU

Ketika dihadapanku terbentang
padang gurun yang sangat luas
dan aku berlari diantara debu
terseret lautan pasir
tak ada air setetespun
panas, dan kulit mengering
kuhemat  tenaga seminimal mungkin
menjeritpun tak ada gunanya

Hanya menunggu waktu
barangkali  ...

dan aku berdiri tegak
menengadah ke atas
seraya berbisik :
               Mana Belas kasihMu
               Mana Belas kasihMu
               Mana Belas KasihMu

kumohon    !!!
                    Mana Belas KasihMu
                    Mana Belas KasihMu
                    Mana Belas KasihMu

kembali terduduk ...
belum cukupkah kujaga kesetiaanku ini
dan aku harus membayar mahal 

Ya Abba, Ya Rabbi, Eloi Eloi
Mana Belas KasihMu


  

KETIKA AKU KEHILANGAN DIRIKU

Terpendam seribu rasa
dalam atma yang mendalam
ada luka yang terbuka
begitu lebar hingga menyesakkan
Raga ini .....
seperti tak bernyawa
darah yang mengalir terasa lambat
namun jantung berdegup begitu kencang

Kucoba menerawang dalam nadiku
Adakah asa ini masih hidup
bernyanyi memainkan melodi-melodi Sebastian Bach

Kucoba untuk terus menelusuri
apakah ada yang salah dalam diriku
masihkah aku mampu memainkan ode ode piramus dan tisbi

ah ... ternyata asaku salah
sampai disini keabadian itu berhenti
aku kehilangan jati diriku
Diriku bukan lagi aku
aku tak pernah ada dalam lamunan dan khayalan
kulum senyumpun tak merona lagi
karena kelelahan itu datang
- lelah ....
karena aku,
bukanlah diriku lagi